DEKOMPOSISI SUBPROGAM
Konsep Dekomposisi dalam Computational Thinking dan Penerapannya
Computational thinking menjadi salah satu kemampuan yang dibutuhkan saat ini, baik dalam kehidupan sosial sehari-hari atau di bidang industri. Computational thinking atau cara berpikir komputasional digunakan untuk memahami masalah kompleks dan mengembangkan solusi, masalah dan solusi tersebut dapat disajikan dengan cara yang dipahami oleh komputer, manusia maupun keduanya.
Computational thinking menjadi kemampuannya dasar yang harus dimiliki oleh setiap orang untuk mampu menyelesaikan persoalan dan harus diasah melalui latihan atau pembiasaan. Cara berpikir ini juga membantu menyelesaikan masalah kompleks atau tingkat tinggi.
Mengapa computational thinking sangat penting diasah sejak usia dini? Hal ini dilakukan untuk menyiapkan SDM yang cerdas dan kompeten, mengingat pada era reformasi, era industri.4.0 atau society 5.0. manusia akan hidup di dunia nyata sekaligus dunia digital yang dikelilingi dengan IoT (Internet of Things), Big Data, dan Artificial Intelligence.
Seperti yang kita ketahui, computational thinking mencakup dekomposisi, abstraksi, mengenali pola serta merumuskan algoritma. Dalam artikel ini akan dibahas lebih lanjut mengenai konsep dekomposisi pada computational thinking hingga penerapannya dalam kegiatan pembelajaran.
Mengenal Apa Itu Computational Thinking
Computational thinking adalah cara berpikir untuk menyelesaikan masalah dengan menguraikan masalah menjadi bagian yang kecil dan sederhana
Dekomposisi dalam Computational Thinking
Dekomposisi menjadi tahapan awal dalam kemampuan computational thinking. Dekomposisi berarti metode atau cara untuk memecahkan suatu masalah yang kompleks ke dalam bagian kecil agar lebih mudah dipahami dan diolah. Jika terdapat masalah yang kompleks dan rumit tidak didekomposisi, maka masalah tersebut akan sulit untuk dipahami dan diselesaikan.
Dekomposisi dimulai dengan cara mengamati masalah yang kompleks, lalu menguraikan permasalahan tersebut. Dengan begitu, masalah yang awalnya terlihat sulit dan membebani bisa jauh lebih mudah dipahami dan ditangani.
Dalam kehidupan, setiap orang pasti memiliki masalah yang bisa datang kapan saja. Bagi siswa masalah tersebut bisa terjadi selama kegiatan pembelajaran di sekolah, bagi karyawan masalah bisa datang saat pekerjaan di kantor belum selesai, ada pula masalah hubungan keluarga atau kerabat, masalah pekerjaan rumah, dan permasalahan lainnya.
Setiap masalah memiliki cara penyelesaian yang berbeda, sesuai dengan tingkat permasalahannya (besar kecilnya masalah). Proses pemecahan masalah membuat kita melakukan analisis berbagai aspek, mendasari pemikiran kita, serta membimbing diri hingga ke titik akhir.
Langkah-langkah dan Contoh Penerapan Dekomposisi dalam Kehidupan Sehari-hari
Disadari atau tidak, setiap orang pasti melakukan dekomposisi dalam kehidupan sehari-hari untuk mengatasi persoalan. Berikut ini merupakan langkah-langkah dan contoh penerapan dekomposisi dalam kehidupan sehari-hari.
Langkah - langkah Dekomposisi Masalah
Menerapkan dekomposisi untuk menyelesaikan masalah bukanlah hal yang sulit, justru memudahkan Anda untuk menyelesaikan masalah tersebut. Berikut ini merupakan langkah-langkah dekomposisi masalah yang bisa Anda lakukan, yaitu:
Pertama, lakukan analisis masalah agar bisa terurai atau dibagi menjadi beberapa bagian yang lebih kecil.
Kedua, lakukan parallelization atau memparalelkan masalah-masalah kecil tersebut supaya bisa selesai lebih efektif dan efisien.
Ketiga, melakukan sintesis, di mana masalah kecil tersebut diselesaikan, setelah itu digabungkan kembali menjadi masalah kompleks yang terselesaikan.
Contoh Penerapan Dekomposisi
Berikut ini merupakan contoh dekomposisi yang bisa terjadi dalam kehidupan sehari-hari, yaitu:
Saat kita berencana untuk mengadakan pesta makan bersama keluarga besar, maka kita akan menggunakan dekomposisi untuk mewujudkan rencana tersebut. Kita bisa menganalisis dan menguraikan apa saja yang dibutuhkan dalam acara tersebut, lalu membaginya lebih spesifik. Kita bisa berbagi peran dan melakukan tugas masing-masing sesuai peran tersebut, misalnya ada yang memilih menu, membeli bahan makanan, membawa makanan masing-masing agar hidangan variasi hingga mengatur waktu acara.
Contoh lainnya, ketika kita sedang berlibur bersama keluarga, lalu tersesat di tengah jalan maka kita bisa menggunakan dekomposisi untuk menyelesaikan masalah tersebut. Kita dapat menguraikan masalah dan membaginya lebih spesifik agar mudah mencari solusinya, seperti dengan mencari rute yang tepat di internet, bertanya pada masyarakat sekitar, fokus menyetir kendaraan, memandu arah yang diambil.
Penerapan dekomposisi di sekolah; misalnya ketika ingin melakukan kegiatan atau inisiatif baru di sekolah, maka prosesnya yaitu dengan membangun rencana yang strategis, membuat visi program, mencari dukungan dan segala sesuatu yang terlibat.
Saat ingin mengembangkan sebuah game, maka akan lebih mudah jika membuat game tersebut membuatkan level permainan itu sendiri daripada membuat game sekaligus. Akan lebih mudah lagi apabila pegawai mengerjakan secara spesifik mengenai game.
Contoh dekomposisi masalah lainnya ketika ingin membuat robot berjalan keluar dari labirin, maka tidak bisa sekaligus memberikan jalur keluar pada robot, tetapi harus memberikannya sebuah aturan yang sederhana seperti maju, mundur, belok kanan, belok kiri.
Computational Thinking: Karakteristik, Manfaat dan Penerapannya
Computational thinking penting diterapkan di sekolah agar siswa bisa menyelesaikan persoalan dalam kehidupan sehari-hari lebih efektif dan efisien.
Contoh Dekomposisi dalam Kegiatan Pembelajaran
Dekomposisi merupakan salah satu bagian atau tahapan dari computational thinking. Seseorang yang terbiasa melakukan proses dekomposisi untuk menyelesaikan masalah, maka akan meningkatkan kemampuan computational thinking.
mengingat pentingnya kemampuan ini, computational thinking pun diharapkan bisa diintegrasikan dalam kegiatan pembelajaran, bahkan hal ini juga termasuk ke dalam salah satu kebijakan yang dibuat Menteri Nadiem Makarim dalam kurikulum merdeka yaitu computational thinking diintegrasikan dalam mata pelajaran bahasa Indonesia, matematika, IPAS di sekolah dasar.
Begitu pula dengan dekomposisi, di mana proses ini juga bisa dimasukkan dalam kegiatan pembelajaran. Pasalnya dekomposisi sendiri bisa menjadi alat yang ampuh untuk memandu seseorang mendekati proyek dan tugas secara teratur. Berikut ini merupakan beberapa contoh penerapan dekomposisi dalam kegiatan pembelajaran, yaitu:
Bahasa Inggris dan bahasa Indonesia: siswa diminta untuk membaca sebuah cerita dan menganalisis tema terlebih dahulu sebelum menjawab seperti, siapa tokoh antagonis dan protagonis? Di mana pengaturannya? Apa konfliknya dan resolusinya? Selain itu, siswa juga bisa diminta untuk membuat struktur kalimat dalam bahasa asing dengan membaginya menjadi beberapa bagian seperti kata kerja, objek, dan subjek.
Matematika: siswa diminta untuk mencari luas dengan berbagai bentuk lalu menguraikannya menjadi bentuk segitiga.
Sains: siswa diminta untuk mempelajari struktur tubuh manusia dengan meneliti berbagai organ. Mempelajari struktur tubuh manusia dengan dekomposisi atau mempelajarinya satu persatu organ tubuh dinilai lebih mudah daripada belajar anatomi tubuh manusia secara keseluruhan.
Ilmu Pengetahuan Sosial: siswa diminta untuk mencari atau mengeksplorasi budaya yang berbeda dengan cara mempelajari sejarah, tradisi, serta norma di dalamnya.
Itulah beberapa hal mengenai dekomposisi dalam computational thinking beserta penerapannya. Dekomposisi juga bisa menjadi solusi untuk memecahkan masalah yang berkaitan dengan komputer. Konsepnya juga masih sama, dalam ilmu komputer dekomposisi digunakan untuk memecahkan masalah atau sistem yang kompleks menjadi bagian lebih mudah dipahami dan diprogram. Hampir semua dalam komputer mulai dari membuat web, membuat aplikasi hingga menyelesaikan kasus pencurian bisa menggunakan metode dekomposisi. Dekomposisi menjadi metode yang cerdas untuk membantu seseorang mencapai apa yang ingin dicapai dan menyelesaikan masalah.
Komentar
Posting Komentar